Monday 26 November 2007

Cianjur, Jawa Barat, Senin, 30 Juli 2007

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PANEN RAYA PADI SRI ORGANIK CIANJUR
Acara ini dihadiri oleh:Menteri Pertanian dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, hadir Pimpinan BULOG, Pimpinan Bank Rakyat Indonesia dan pejabat yang lain, Yang saya hormati Saudara Gubernur Jawa Barat, Saudara Bupati Cianjur, dan para Pejabat Negara dan Pemerintahan yang bertugas di Jawa Barat, baik dari unsur Eksekutif, Legislatif, Yudikatif maupun TNI dan Polri, Saudara Gubernur Kalimantan Tengah dan para Pejabat Pemerintahan yang berasal dari Provinsi lain, Bapak Solihin GP, Pimpinan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Teater Sunda, Saudara Pimpinan MEDCO Foundation, Pak Arifin Panigoro, dan Saudara Pimpinan Yayasan Aliksa Organik SRI.
Saya sangat senang mendengar apa yang disampaikan oleh Bapak Solihin GP tadi dan juga Pak Gubernur dan Saudara Menteri Pertanian karena semuanya itu sungguh melegakan, bagaimana kita membangun pertanian di negeri ini secara baik, bagaimana kita bisa meningkatkan kecukupan dan ketahanan pangan juga secara baik, yang tentunya sangat diharapkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Tadi ketika saya panen bersama dengan saudara-saudara petani kita, saya senang dengan dua spanduk yang ada di belakang kita, di sawah tadi yang berbunyi, “SRI datang membawa peluang, persembahan anak negeri untuk pangan dan alam lestari”. Kemudian juga satunya lagi ada spanduk yang berbunyi, “Padi jiwa negeri dan darah bangsaku”, bagus. Saya menyambut baik, saya mendukung penuh berbagai inisiatif kegiatan sebagaimana yang dilakukan oleh tadi, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Teater Sunda, MEDCO Foundation, Yayasan Aliksa Organik SRI dan semua pihak yang benar-benar ingin membangun pertanian kita yang baik, pertanian yang berkelanjutan, pertanian yang ramah lingkungan dan tentunya makin mendatangkan keuntungan bagi para petani dan rakyat kita. Tadi saya dijelaskan dipanel sana satu per satu tentang teknologi, tentang cara-cara bercocok tanam padi menggunakan metode SRI, System of Rice Intensification. Sebetulnya namanya lebih dari itu, karena setelah saya pelajari tadi, saya lihat, saya saksikan bukan hanya System of Rice Intensification, tapi boleh ditambahkan meskipun tidak usah ditulis System of Enviromentaly Friendly Rice Intensification, sistem intensifikasi padi atau beras yang ramah lingkungan. Banyak cara untuk meningkatkan produktivitas padi naik begitu, tapi ternyata intervensi pupuk kimia yang berlebihan. Akibatnya peningkatkan produktivitas makin banyak panennya, tapi lingkungannya jebol. Tahun ini masih aman, tahun depan rusak, tahun depannya lagi lebih rusak lagi. SRI ini menurut saya dua-duanya terpenuhi karena kita ingin produksinya naik, lingkungannya aman. Saya pernah belajar di IPB selama 3 tahun. Ini juga banyak di IPB. Saya pernah diundang di Padang, Universitas Andalas untuk menyampaikan semacam orasilah begitu. Saya sampaikan pembangunan pertanian di Indonesia harus bergeser dari yang dulu kita kenal revolusi hijau, green revolution, ini Pak Anton tahu persis, memang meningkat luar biasa produksi pangan sedunia, tetapi ternyata muncul kerusakan-kerusakan setelah itu. Harus kita ganti dengan pembangunan pertanian yang sekali lagi ramah lingkungan yang berkelanjutan, sustainable agricultural development.Jadi green revolution harus yang baik-baik boleh kita pertahankan, tetapi yang tidak sesuai kita ganti dengan yang ramah lingkungan. Menurut saya, SRI inilah contoh nyata pembangunan pertanian berkelanjutan sebagai koreksi dari green revolution, pembangunan hijau yang dulu banyak menggunakan pupuk-pupuk kimia dan cara-cara yang ternyata bisa mengganggu lingkungan, terutama untuk jangka panjang. Dan disamping secara umum metode SRI ini solusi, sebagai bagian dari solusi bukan masalah dan juga menciptakan peluang yang baik dalam pembangunan pertanian untuk Indonesia juga sangat cocok.Saudara-saudara,Jangan dikira air yang ada di Pulau Jawa masih melimpah ruah. Pulau Jawa ini dari segi air sudah lampu kuning, tidak boleh kita boros-boroskan, dihambur-hamburkan, lalai, tidak pandai. Pada saat harusnya kita tahan di hutan-hutan, hutannya gundul. Pada saat airnya banyak, jadi banjir, merusak, yang ada hanya merugi saja. Oleh karena itu, karena air ini harus sangat dihemat di pulau jawa khususnya, meskipun di tempat lain juga tidak berarti tidak ada masalah, maka pertanian pun yang mengkonsumsi air dari irigasi itu harus sehemat mungkin. Ternyata SRI telah memberikan solusi cara bercocok tanam, cara menanam padi yang tidak banyak menggunakan air dengan hasil yang paling tidak sama, bahkan lebih besar dari yang terlalu banyak menggunakan air. Ini contoh konkret dari metode SRI ini. Solusi yang kedua mengapa SRI penting? Cara bercocok tanam yang terlalu banyak menggunakan pupuk kimia disamping secara lingkungan tidak baik, mungkin juga kalau salah, kalau berlebihan mencemari produk-produk pertanian itu. Tapi saudara juga harus tahu bahwa pupuk kimia itu harganya juga tidak murah. Dan kemudian kebutuhan untuk pupuk kimia kalau diikuti terus akan besar sekali. Pupuk itu, bahannya dari gas, antara lain. Gas itu juga suatu saat akan habis. Oleh karena itu, kita harus berhemat gas. Minyak kita kalau tidak ditemukan yang baru tinggal 20 tahun lagi. Gas kita kalau tidak diketemukan yang baru tinggal 60 tahun lagi. Batu bara kita kalau diboros-boroskan 150 tahun lagi habis. Oleh karena itu wajib hukumnya bagi bangsa Indonesia, bagi kita semua menghemat semuanya, termasuk menghemat gas. Supaya gasnya tidak habis, tidak terlalu banyak untuk pupuk, maka pupuk kimianya dikurangi, diganti dengan pupuk organik
Hadirin sekalian,Kembali ke masalah SRI, saya dukung penuh dan saya minta para Menteri apalagi Menteri Pertanian tentu akan mendukung penuh. Mari kita kembangkan SRI ini seluas-luasnya. Mengapa? Tadi cerita pangan kita harus kita naikkan. Tahun ini kita harus tambah dua juta ton. Ini para Gubernur, Bupati, Walikota harus berjuang habis-habisan. Nanti yang tidak serius kita kasih kartu merah nanti. Bukan hanya kartu kuning tadi malam Irak melawan Saudi Arabia. Kalau saya tidak peduli, tidak mau bekerja, tidak mau apa-apa terus rakyatnya menderita ya kartu merah begitu, kan begitu? Setujukan? Karena kalau pangan kita kurang, harganya bergejolak, kasihan semuanya. Harganya harus pas, harga melindungi petani, tapi juga bisa dibeli oleh saudara-saudara kita yang lain. Begitu cara kita memproduksi dan menetukan harga.Sekali lagi mengapa saya dukung SRI dan mari kita kembangkan seluas-luasnya karena produktivitas naik tanpa merusak lingkungan. Itu kuncinya. Jadi Saudara bertanggung jawab kepada anak cucu kita, kepada generasi mendatang, jangan dihabis-habiskan yang ada di tempat kita ini tanpa memikirkan nasib mereka. Dan kalau solusinya itu kembali ke alam, beliau mengatakan back to basic atau back to nature kembalikan pada hukum alam, kembalikan pada dasarnya, itu sudah benar. Karena Allah SWT menciptakan alam semesta dengan segala kehidupannya, itu sudah dipikirkan ada satu ekosistem, satu siklus kehidupan yang bisa mengatasi masalah-masalah itu dengan akal pikiran manusia, dengan jiwanya, dengan karakternya, dengan tanggung jawabnya. Jadi kalau kita kembalikan apa yang ada di alam semesta ini, musti benar. Oleh karena itu, para peneliti, para sarjana, semua yang ada dalam keluarga besar SRI ini, tolong didayagunakan penuh MEDCO Foundation dan Yayasan Aliksa juga berkontribusi penuh agar semuanya bisa berjalan dengan baik.

1 comment:

omyosa said...

MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA DATANG PANEN
Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia. NPK yang terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita.
Produk ini dikenalkan oleh pemerintah saat itu sejak tahun 1969 karena berdasarkan penelitin bahwa tanah kita yang sangat subur ini ternyata kekurangan unsur hara makro (NPK). Setelah +/- 5 tahun dikenalkan dan terlihat peningkatan hasilnya, maka barulah para petani mengikuti cara tanam yang dianjurkan pemerintah tersebut. Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1985-an pada saat Indonesia swasembada pangan. Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia.
Mereka para petani juga lupa, bahwa penggunaan pupuk dan pengendali hama kimia yang tidak terkendali, sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur, semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.
System of Rice Intensification (SRI) yang sedang digencarkan oleh SBY adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas hasil juga lebih baik, belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam budidayanya.
Petani kita karena sudah terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.
Atau mungkin solusi yang lebih praktis ini dapat diterima oleh para petani kita; yaitu “BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK NASA”. Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki oleh pola SRI, tetapi cara pengolahan lahan/tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 60% — 200% dibanding pola tanam sekarang.
Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.
AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI, SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?
omyosa,
papa_260001527@yahoo.co.id