Thursday 28 May 2009

KENDALA EKSPOR BERAS

Ternyata tidak mudah untuk mewujudkan ekspor beras. Kesungguhan pemerintah untuk mulai mengekspor beras kualitas premium ternyata terbentur banyak kendala. Meskipun sudah ada 9 perusahaan yang sudah memperoleh rekomendasi melakukan ekspor, namun diperkirakan tidak semuanya bisa merealisasikan ekspor dalam waktu dekat. Oleh karena itu target ekspor beras sebanyak 100.000 ton diperkirakan tidak akan tercapai, bahkan mungkin gagal terealisasi.
Salah satu kendala terberat adalah harga beras premium di pasar internasional yang tidak begitu kompetitif. Di pasar dunia beras premium saat ini berada pada kisaran harga 400 dollar AS per ton atau sekitar Rp 4.320 per kilogram. Padahal harga beras di pasar lokal saat ini berkisar antara Rp 4.000 – Rp 5.000 per kilogram sehingga margin keuntungan yang diperoleh pedagang sangat tipis. Tipisnya keuntungan ini yang membuat banyak pengusaha harus berpikir seribu kali untuk melakukan ekspor beras.
Kendala lain yang dihadapi adalah kompetisi yang cukup ketat dengan negara produsen beras lain, seperti: Thailand dan Vietnam. Kedua negara itu selama ini telah menjadi negara ekportir beras yang menguasai pasar dunia sehingga peluang Indonesia untuk memasuki celah pasar dunia relatif tipis. Apalagi kedua negara itu selama ini juga sudah bermain di segmen pasar beras premium.
Oleh karena itu ada usulan agar Indonesia menciptakan segmen pasar sendiri berupa beras aromatik. Beras jenis ini cukup prospektif dikembangkan dan peluang pasar dunia juga lebih terbuka dibandingkan beras premium.
Semua kendala yang dihadapi kita harapkan tidak membuat surut langkah pihak-pihak yang telah mempersiapkan ekspor beras, karena ekspor beras kali ini memiliki makna yang lebih luas dari sekedar menjual beras ke luar negeri.
Langkah ekspor beras ini seharusnya tidak hanya dilihat dari aspek bisnis semata, tetapi juga harus dilihat dari aspek kebanggaan nasional. Mengubah status sebagai negara pengimpor beras terbesar menjadi pengekspor beras tentu akan memberi kebanggaan tersendiri bagi bangsa dan rakyat. Bagi sektor pertanian nasional hal ini juga akan memberi suntikan semangat baru berupa bukti prestasi luar biasa di bidang produksi beras. Diharapkan prestasi ini bisa menjadi contoh sub sektor lainnya.

Tuesday 26 May 2009

Solusi Dasar Masalah Pangan 2035

Dengan tingkat konsumsi perkapita seperti sekarang ini, 135 kg per kapita per tahun, pada tahun 2035 kita membutuhkan sekitar 50 juta ton beras. Artinya kita membutuhkan sawah dengan produktivitas rata-rata 5 t/ha GKG seluas 11 juta ha.
Kendala peningkatan produksi
Penambahan areal sawah sangat sulit dilakukan.
Suplai air juga semakin berkurang. Usaha-usaha melalui penelitian dan manajemen untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan air menjadi sangat krusial pada masa mendatang karena terjadi kompetisi antara pertanian dan non pertanian.
Sistem pertanian kita semakin gurem sehingga perlu ada reorganisasi pertanian agar petani dapat bekerja pada skala yang lebih ekonomis.
Sulit meningkatkan produktivitas dari 4.6 t/ha GKG. Kalau dibandingkan dengan negara lain produktivitas petani Indonesia sudah cukup tinggi.
Hambatan dari luar pertanian dengan adanya global warming, seperti kebanjiran, kekeringan, ledakan hama dan penyakit.

Solusi pokok yang perlu dilakukan
Mengurangi konsumsi beras per kapita sehingga pada tahun 2035 konsumsi dapat ditekan 60% (atau 2%/tahun). Harus ada keberanian Pemerintah membiarkan harga beras relative tinggi dibandingkan harga pokok lain. Dengan kata lain pengurangan konsumsi beras harus diiringi dengan diversifikasi ke produk non beras. Hal ini berarti diperlukan inovasi-inovasi pengolahan dan penyajian produk pangan non beras agar lebih bergizi, bergengsi, dan lebih murah.
Nilai absolut pertambahan penduduk Indonesia masih besar walaupun pertumbuhannya sudah menurun. Oleh karena itu usaha-usaha untuk mengurangi pertambahan penduduk harus lebih digiatkan sampai mendekati zero growth.
Dengan dua pendekatan ini tekanan terhadap peningkatan produktivitas dan perluasan areal panen menjadi lebih berkurang.

Monday 8 September 2008

MENELUSURI PADI ”SUPER TOY” YANG BIKIN HEBOH

Dari berbagai media cetak varietas padi “super toy” diberitakan dapat menghasilkan 14,6 t/ha gabah kering panen (GKP) pada panen pertama; 19 t/ha pada panen kedua (ratun pertama), dan panen ketiga (ratun kedua) 11,2 t/ha, sehingga total hasil mencapai 45 t/ha GKP. Varietas tersebut ‘ditemukan’ oleh Centra for Food Energy and Water Studies atau Cefews, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bawah naungan Gerakan Indonesia Bersatu (GIB). Varietas tersebut mempunyai tinggi 1,5-1,7 m. Menurut berita tersebut Varietas Supertoy ada 4 jenis yaitu Supertoy HL 1, Supertoy HL 2 dan Supertoy HL 3 untuk lahan berpengairan teknis, sedangkan ‘Kencono Wungu’ untuk lahan berpengairan terbatas (setengah teknis). Varietas tersebut diuji coba di Desa Grabag, Kabupaten Purworejo, seluas 103 ha.
Hasil gabah kering yang diberitakan ternyata juga merupakan hasil perhitungan teoritis dari bobot per malai atau rumpun seperti tercantum dalam proposal yang mereka ajukan. Satu malai dengan 180 butir bobotnya 11,3 gram, yang berarti bobot 1000 butirnya 62,7 gram. Hal yang mustahil. Dalam perhitungannya setiap m2 berisi 9 titik =18 rumpun dengan bobot gabah 220 gram/2 rumpun, sehingga dalam 1 m2 diperoleh 1980 gram, dibulatkan menjadi 2 kg/m2, dan dalam 1 ha diperoleh 20000 kg atau 20 ton. Masih dikurangi penyusutan 5% tinggal 19 ton, dan dikurangi karena kehampaan 20%, menjadi 15,2 ton. Dalam kenyataannya hasil yang diperoleh dari ubinan hanya sekitar 3,2 – 3,5 t/ha.
Pada tanggal 17 April 2008 padi Supertoy di Desa Grabag ”dipanen” oleh Bapak Presiden RI dan dihadiri oleh sejumlah menteri. Panen oleh pejabat dilakukan tanpa melakukan ubinan untuk mengetahui perkiraan hasil dari varietas yang dipanen. Selanjutnya, pada hari Minggu 20 April 2008, pelaksanaan ubinan ‘Supertoy’di Desa Grabag dilakukan oleh petugas, disaksikan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purworejo dan staf. Dari tiga lokasi ubinan dengan luas masing-masing 2 m x 5 m (90 rumpun) menghasilkan 3,2 sampai 3,5 kg gabah kering panen. Hasil ubinan tersebut menunjukkan bahwa hasil per hektarnya hanya 3,2 sampai 3,5 t/ha gabah kering panen, jauh lebih rendah dari apa yang diberitakan sebelumnya 14,6 t/ha.
Pada bulan-bulan sebelumnya, berawal dari kunjungan ke areal pengujian di desa Grabag yang baru tanam ‘Supertoy’ dengan bibit berumur lebih dari satu bulan, telah diduga oleh salah satu pemulia padi Dr. Buang Abdullah bahwa ‘Supertoy’ adalah varietas padi lokal. Beliau bertemu dengan orang tua Sdr. Tuyung Supriyadi, ”penemu” varietas Supertoy. Di rumah Sdr.Tuyung diperlihatkan malai-malai ‘Supertoy’yang ternyata mirip malai Rojolele. Dugaan semakin kuat bahwa ’Supertoy’ adalah Rojolele setelah melihat pertanaman ’Supertoy’ yang sedang dipanen dan di sebelahnya ada tanaman ratun. Tanaman tinggi, daun hijau muda terkulai, leher malai panjang berwarna keunguan, gabah sedang, berbulu, dan beras wangi.
Informasi dari salah satu anggota kelompok Tuyung menyebutkan bahwa ‘Supertoy’ adalah hasil perkawinan Rojolele dengan Pandanwangi. Informasi ini juga dapat dilihat pada ”Proposal” yang diajukan oleh Sdr. Tuyung Supriyadi (terlampir) bahwa varietas Supertoy adalah perkawinan antara Rojolele dan Pandanwangi. Namun dengan cara yang mereka sebut sebagai ”teknologi pengawinan air, yang diikuti dengan teknologi hormon dan enzim”. Dengan teknik tersebut, benih varietas Rojolele dan Pandanwangi direndam selama 144 jam dan selanjutnya diperam selama 12 jam, lalu ditanam secara acak, dan pada umur 30 hari, bibit dicabut dan diikat, lalu akar bibit dicuci dengan air yang sudah diberi hormon Auxin, sitokinin, giberelin, lisin, dan enzim Jalasutera. Selanjutnya bibit yang akarnya sudah bersih, ditanam pada lahan yang telah mengandung jamur Gliocladium. Dari cara penanaman seperti ini akhirnya diperoleh varietas yang disebut Supertoy. Dalam sejarah pemuliaan tanaman cara penyilangan seperti itu baru kami dengar dan sangat sangat tidak masuk akal. Penanaman berdampingan dua varietas tanaman menyerbuk sendiri yang berbeda dan berumur berbeda, juga sangat mustahil akan terjadi persilangan. Persentase penyerbukan silang (outcrossing) pada padi (tanaman menyerbuk sendiri) hanya sekitar 0,05%, itupun apabila kedua tanaman tersebut berbunga bersamaan. Apalagi dalam waktu yang relatif singkat telah diperoleh varietas Supertoy yang dalam kenyataan sebenarnya adalah varietas Rojolele yang menyerbuk sendiri. Dalam proses pemuliaan padi, untuk mendapatkan suatu varietas melalui hibridisasi atau perkawinan diperlukan waktu minimal 5 sampai 15 tahun.
Observasi visual pertanaman yang siap dipanen (bulirnya menguning/fase generatif) di Grabag, varietas ‘Supertoy’ juga menunjukkan sifat-sifat varietas lokal Rojolele, tanaman tinggi (± 1,7 m), sehingga di lokasi yang subur tanaman rebah sehingga beberapa rumpun diikat untuk menjaga supaya tetap tegak, daun panjang terkulai, tangkai malai panjang berwarna keunguan, malai panjang tapi gabah jarang, gabah sedang/agak bulat dan berbulu. Jumlah anakan produktif per rumpun di lahan kurang subur 10–15 batang, di lahan subur 20-23 batang (ditanam 2-5 bibit per rumpun), jumlah gabah per malai 126-186. Tanaman sedang dalam masa panen, berumur kurang lebih 5 bulan (150 hari dari semai) atau 4 bulan (120 hari dari tanam).
Pemberitaan di Kedaulatan Rakyat Minggu Pon, 20 April 2008 dengan judul ”Super Toy Perpaduan Rajalele dan Pandanwangi”, menyebutkan bahwa padi ini disilangkan melalui ”teknologi enzim” dilakukan dengan pencucian akar, seperti yang telah disebutkan di atas. Informasi lebih lanjut bahwa penyilangan dilakukan dengan menanam kedua tetua (Rojolele dan Pandanwangi) ditanam berdampingan. Enzim yang digunakan adalah sitokinin, gibberilik acid dan sebagainya. Dari info ini, diduga bahwa penemu tidak tahu tentang ilmu pemuliaan ataupun fungsi enzim apalagi penggunaannya. Karena tanaman padi merupakan tanaman menyerbuk sendiri, tidak akan mendapatkan hasil persilangan dari kedua padi yang hanya ditanam berdampingan. Penggunaan enzim pun digunakan pada akar, tidak ada hubungan sama sekali dengan proses penyilangan.
Sejumlah petani yang hadir pada saat Presiden panen dan tertarik dengan ”supertoy”, antara lain dari Papua, Jawa Barat dan Jawa Timur. Di Madiun panen Supertoy dilaporkan menghasilkan 7 sampai 10 ton per hektar. Namun di Grabag beberapa petani sangat pesimis dengan kenyataan bahwa tanaman rebah, hasil panennya hanya sekitar 3,5 t/ha dan umur tanaman panjang (5 bulan), dan perontokannya sukar. Petani merasa dirugikan dengan penanaman Supertoy karena hasilnya hanya setengah dari hasil padi yang biasanya mereka tanam. Varietas padi unggul yang ditanam oleh petani seperti Ciherang hanya berumur 110-120 hari dari semai, sedangkan Supertoy 120 hari dari tanam atau 150 hari dari semai.
Dari hasil penelusuran dan pengetahuan yang kami miliki, kami berpendapat sebagai berikut:
1) Varietas ‘Supertoy’ adalah varietas lokal ‘Rojolele’, karena mempunyai sifat-sifat padi lokal Rojolele: tanaman tinggi (>1,5 m), daun lebar dan panjang, malai panjang, bertangkai malai panjang dan umur panjang (5 bulan) dari tabur/semai sampai panen. ‘Rojolele’ adalah varietas lokal yang telah lama dibudidayakan petani di daerah Surakarta dan Yogyakarta, karena itu, Rojolele mempunyai variasi pada sifat-sifat yang diakibatkan oleh seleksi alam dan seleksi yang dilakukan oleh petani, seperti: tinggi tanaman, bentuk gabah, panjang bulu, warna batang, tangkai malai dan bulu, umur, demikian pula tingkat aromanya, sehingga ada 4 macam Rojolele yang dijadikan 4 macam Supertoy. Varietas Rojolele yang disimpan baik di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi (BB Padi), Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Pertanian (BB Biogen) Bogor dan Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Filipina ada yang mempunyai perbedaan sifat sehingga diberi nomor aksesi berbeda.
2) Cara penyilangan yang dilakukan untuk menghasilkan ‘Supertoy’, yang hanya menaman dua tetua (Rojolele dan Pandanwangi) berdekatan, tidak ada proses penyilangan padi, seperti pengebirian/kastrasi, penyerbukan dsbnya. Padi adalah tanaman menyerbuk sendiri, yang penyerbukannya sudah terjadi sebelum bunga membuka, sehingga proses persilangan alami, kalau ada, sangat kecil. Sangat kecil sekali terjadi persilangan antara dua tanaman yang dekat, apalagi kalau umurnya berbeda. Pemberian enzim pada akar, yang merupakan hormon tumbuh akan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman Rojolele atau Pandanwangi lebih baik dari tanaman sebelumnya, sehingga dianggap sebagai hasil persilangan keduanya karena berpenampilan lebih baik. Namun sifat-sifat dasarnya tidak akan berubah dan bersifat tetap.
3) Persilangan antara dua tetua akan menghasilkan tanaman yang seragam dan memiliki kombinasi sifat-sifat tetuanya, namun hasil keturunan kedua akan mempunyai sifat-sifat yang berbeda antara individu tanaman karena proses mendelisasi atau segregasi. Karena tanaman padi tergolong menyerbuk sendiri maka sifat-sifat tersebut akan mengalami fiksasi yang memerlukan waktu lama ( lebih dari 10 generasi atau 5 tahun).
4) Rojolele adalah varietas lokal daerah Surakarta (Delanggu dan Boyolali). Padi ini mempunyai tinggi tanaman (1,5-2m), daun panjang terkulai warna hijau muda, dengan jumlah gabah yang sedang dan mempunyai produktivitas rendah (3-5 t/ha). Produktivitas dapat ditingkatkan dengan pemupukan dsbnya, sehingga malai lebih panjang dan jumlah gabah lebih banyak, tetapi dengan batang yang tinggi maka tanaman akan rebah, karena tidak mampu menyangga beratnya malai, akibatnya produksi dan kualitas beras turun. Sehingga hasil tidak akan mencapai 10 ton apalagi 14 ton per ha.
5) Hasil ratun pertama (pertanaman kedua) dapat melebihi hasil pertanaman pertama (19 t/ha GKP) ini sangat mustahil. Penelitian tentang ratun di Jepang telah dilakukan pada tahun 1950an. Hasil penelitian tentang ratun sangat tergantung dari varietas, cara pengelolaan, dan lingkungan. Suatu varietas, jumlah anakan pada ratun pertama setiap rumpun memang ada yang melebihi dari pertanaman utama, namun jumlah gabah per malai lebih sedikit dan waktu masak tidak serempak. Penelitian di lapang di Jepang, Cina, India, Amerika Serikat dan Brasil menunjukkan hasil ratun pertama sangat bervariasi dengan rata-rata tidak lebih dari 60% hasil pertanaman utama. Karena itu, pertanaman ratun tidak dianjurkan kepada petani, di samping pengelolaannya yang tidak mudah. Melihat pertanaman ratun ’Supertoy’ di dusun Kranggan, Sanden, Bantul yang anakannya sedikit, diperkirakan hasilnya kurang dari 4 t/ha GKP.
6) Penamaan varietas ’Supertoy’ adalah tidak sah, karena tidak ada SK Mentan. Pemberian nama atau pelepasan suatu varietas ditetapkan oleh Menteri Pertanian atas usulan Tim Penilai dan Pelepas Varietas Tanaman. Untuk melepas suatu varietas harus ada proposal yang berisi tentang bagaimana suatu galur harapan atau calon varietas itu dibentuk, apa tetuanya, kapan disilangkan, tujuan apa, bagaimana metodanya, dan keunggulannya apa dibanding dengan varietas-varietas yang sudah ada dari hasil penelitian di laboratorium dan lapang (uji multilokasi, UML; untuk padi sawah 16 UML).
7) Penanaman secara luas dengan menjual benih kepada petani akan menyalahi undang-undang yang berlaku, karena belum dilepas secara resmi, sehingga tidak akan ada benih tersertifikasi, sebagai syarat untuk penyebaran benih bermutu. Program penanaman secara nasional yang direncanakan dengan bantuan kredit dari bank (KR 3 Desember 2007) sangat mengkhawatirkan, karena petani akan menanggung akibatnya, karena hasilnya tidak akan mencapai 14 – 19 ton per ha dan kredit tidak akan digunakan sebagai pembeli sarana produksi, seperti pupuk dan insektisida. Bahkan besar kemungkinan dengan suplemen-suplemen tertentu yang belum jelas manfaat dan keefektifan fungsinya serta harganya mahal.
8) Varietas ’Supertoy’ atau Rojolele adalah padi lokal berumur panjang (5-6 bulan) dan rentan terhadap hama wereng batang coklat yang merupakan hama utama padi dan sangat ganas. Apabila hama ini sudah mulai menyerang, perkembangan hama akan sangat cepat karena siklus hidup hama ini hanya 28 hari, maka akan berkembang sampai 4 kali siklusnya, sehingga akan lebih berbahaya. Ini akan mengakibatkan timbulnya ledakan hama wereng lagi seperti terjadi tahun 1970an waktu menanam PB5 dan PB 8 yang tidak tahan hama wereng batang coklat, yang menimbulkan kerugian nasional sangat besar.
Kesimpulan dari penelusuran ini adalah bahwa varietas ‘Supertoy’ adalah varietas Rojolele yang sudah diketahui potensi hasilnya rendah (3-5 ton per ha), peningkatan hasil akan memerlukan investasi tinggi dan tidak akan mencapai 14 atau 18 ton gabah per hektar. Penanaman secara luas akan berbahaya karena varietas ini sangat rentan terhadap hama wereng batang coklat.

Wednesday 13 August 2008

Langkah kongkrit mewujudkan mimpi menjadi negara pengekspor beras

Konglomerat dunia asal Arab Saudi, Saudi Binladin Group, akan menanamkan modal sebesar US$ 4,3 miliar atau Rp 39 triliun di Indonesia. Dana sebesar itu akan dipakai untuk menggarap proyek bisnis agroindustri, termasuk penanaman padi seluas 500 ribu hektare di Merauke, Papua.
Menurut Abu Bakr al-Hamid, Direktur Pelaksana Saudi Binladin Group, Indonesia menjadi pilihan karena memiliki potensi yang bagus. Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah, Alwi Shihab, menjelaskan, grup bisnis tersohor di dunia itu dipercaya oleh pemerintah Arab Saudi untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pertimbangannya, kelompok bisnis ini cukup dekat dengan pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Sesungguhnya, menurut dia, investor yang tertarik menanamkan duit di bumi Papua tidak hanya dari Arab Saudi, tapi ada juga pemodal dari negeri yang sedang ketiban rezeki lonjakan harga minyak lainnya, seperti Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Rencananya Binladin akan menerapkan konsep bisnis agroindustri dari penanaman hingga pemasaran. Komoditas utama yang bakal dikembangkan adalah padi, khususnya padi jenis basmati, yang biasa dipasarkan untuk kebutuhan Saudi.
Sebelum bertandang ke tempat Menteri Pertanian, para eksekutif Saudi Binladin Group yang dipimpin oleh Hassan bin Ladin ini bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Hassan, salah satu dari 52 anak pendiri Binladin Group, adalah Vice President Saudi Binladin Group. Kedatangan Hassan adalah tindak lanjut dari undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung ke Dubai pada Maret lalu. Menurut Menteri Anton Apriyantono, pemerintah akan membentuk tim khusus guna membicarakan teknik lebih detail terkait dengan investasi dana Timur Tengah ini. Misalnya untuk infrastruktur utama, seperti jalan raya dan waduk irigasi, pemerintah Indonesia yang akan membangunnya. Namun, dalam pelaksanaannya, pemerintah akan bekerja sama dengan swasta. "Masih akan dibicarakan." Kehadiran investor asing berkantong tebal ini, menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian Sutarto Alimuso, memungkinkan kerja sama dengan investor nasional.
Saat ini sudah ada lima perusahaan dalam negeri yang menanamkan modal mereka di Merauke terkait dengan proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), yakni kawasan energi dan pangan terpadu Merauke. Perusahaan itu adalah PT Sumber Alam Sutera, PT Wolo Agro Lestari, PT Comexindo, PT Medco, dan PT Bangun Cipta Sarana.Proyek MIFEE merupakan program alternatif pemerintah untuk mengatasi kekurangan pangan dan energi di Papua. Pada tahap awal, proyek ini akan dibangun pada lahan seluas 1,4 juta hektare. Namun, potensi lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan sebesar 2,4 juta hektare.Jika proyek Binladin terwujud, menurut Sutarto, pemerintah perlu mengatur kuota berapa banyak produksi beras yang bisa diekspor dan untuk konsumsi dalam negeri. Sebab, sampai saat ini belum ada regulasi yang mengatur soal ini. "Kalau memang dalam negeri sudah cukup, boleh diekspor," katanya

Tuesday 5 August 2008

Presiden SBY di BB Padi: Suatu Saat Indonesia Menjadi Lumbung Padi Dunia.

Itulah mimpi negeri kita, sebagaimana disampaikan oleh para petingginya, ketika menghadapi produksi di dalam negeri yang berlimpah. Ada yang menyebutnya sebagai mimpi di siang bolong, mengingat ketahanan pangan kita selama ini masih jauh dari batas aman.

Tetapi satu hal yang harus dicatat, impian adalah sebuah keinginan yang hendak diraih. Kelak terwujud atau tidak, tentu ada banyak faktor yang menjadi syarat maupun prasyaratnya. Indonesia pernah meraih penghargaan sebagai negara swasembada pangan dan mengekspor surplus produksi beras dalam negeri, rasanya tidak ada salahnya kita punya mimpi kembali ke masa itu.

Apakah Indonesia mampu jadi eksportir beras ? Salah satu syarat mutlak untuk membuka kran ekspor beras ke luar negeri, adalah angka stok beras nasional mencapai 3 juta ton. Dalam perjalanan waktu sejak reformasi, angka stok nasional ini belum pernah tercapai.

Surplus beras saat ini tidak dihasilkan melalui mekanisme produksi yang baku sehingga kita tidak bisa menjaga stabilitas hasil sepanjang tahun. Jika pemerintah ingin melibatkan swasta ikut berkontribusi bagi peningkatan produksi beras nasional, sebaiknya pemerintah memberi ijin dan melibatkan swasta membuka lahan di luar Pulau Jawa secara besar-besaran. Seperti di Merauke yang luasnya sekitar 580 ribu ha atau dua kali luas jalur pantura Jawa Barat.

Artinya, tidak salah kita bermimpi menjadi negara pengekspor beras. Tetapi semua itu harus didasarkan pada kondisi realistis kebutuhan kita mengingat beras adalah komoditi strategis yang tidak bisa diperlakukan sama dengan komoditi perdagangan lain. Terlalu riskan hanya bersandar pada angka stok nasional karena begitu kita membuka kran ekspor dan kemudian kita defisit produksi, maka suka atau tidak suka kita harus mengikuti harga internasional melalui impor. Siapkah kita untuk meghadapi risiko semacam itu?

Sunday 27 July 2008

Produksi padi Indonesia melegakan kita

BPS merilis angka ramalan produksi padi 2008 sebanyak 59.8 juta ton atau naik 4.8% dibanding angka tetap 2007 yang mencapai 57.2 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 2.7 juta ton GKG. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen sebesar 237 ribu hektar atau 1.96% lebih luas dari panen 2007 (12.15 juta ha) serta kenaikan produktivitas padi sebesar 1.3 kuintal/ha atau 2.76% lebih tinggi dari produktivitas 2007 (47.1 kuintal/ha).
Ini capaian dan kenaikan produksi terbesar dalam sejarah pertanian Indonesia. Ini juga ulangan rekor yang telah dicapai petani Indonesia tahun sebelumnya. , utamanya untuk Angka-angka perkiraan produksi itu, lanjut Mentan, sekaligus mencerminkan semangat dan kerja keras dari seluruh petani di tanah air. “Berkat kerja keras para petani, Insya Allah, rekor produksi padi kembali tercapai tanun ini.’’
Atasnama pribadi dan Departemen Pertanian, Mentan menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang dalam kepada para petani, penyuluh dan aparat pertanian yang telah bekerja tanpa lelah dan nyaris tanpa keluh kesah. ‘’Saya kira, kita semua pantas dan sudah selayaknya berterima kasih pada petani ,’’ tegas Anton.
Pujian terhadap prestasi ini juga diungkapkan oleh Bapak Presiden kita sewaktu meresmikan Pekan Padi Nasional (PPN) III di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Sukamandi, Subang 24 Juli 2008.
Ditegaskan pula oleh Presiden bahwa pemerintah telah menetapkan keterjangkauan harga pangan dan ketahanan pangan menjadi prioritas yang harus dicapai pada tahun 2008 dan 2009. ”Sekarang ini kita mulai membangun, meningkatkan anggaran untuk membangun infrastruktur, termasuk irigasi. Memang harus bertahap, karena yang kita bangun di seluruh Indonesia, uang kita tidak cukup, bahkan harus dibagi dengan pendidikan, kesehatan dan lain-lain” kata Presiden SBY ketika berdialog dengan petani di acara tersebut.
Sementara itu Menteri Pertanian Anton Apriyantono dalam sambutannya mengatakan bahwa BB Padi ini telah menghasilkan lebih dari 200 varietas padi yang telah ditanam pada lebih dari 90% areal tanaman padi di Indonesia. Apabila luas panen padi nasional 12 juta ha per tahun,dengan tambahan produksi akibat pergantian varietas 500 kg/ha, maka sumbangan benih padi terhadap produksi padi nasional mencapai 5.4 juta ton. Apabila rata-rata waktu pelepasan varietas baru dibutuhkan 6 tahun, maka nilai tambah per tahun yang dihasilkan 900 ribu ton. Menggunakan asumsi harga gabah kering panen Rp. 2200,- /kg maka dihasilkan 1.98 triliun rupiah.
Bravo BB Padi.

Friday 25 July 2008

Expert Padi Indonesia dibutuhkan Benua Afrika.

Madagaskar mengharapkan Indonesia dapat membagi pengetahuan dan keunggulannya di bidang budidaya tanaman padi yang mereka nilai sangat mengesankan.Hal itu disampaikan Presiden Madagaskar Ravalomanana, saat mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Pertanian Anton Apriyantono di sela-sela acara KTT tentang Ketahanan Pangan di Roma, Italia.Pertemuan dengan Presiden Ravalomanana ini sebelumnya didahului pertemuan Mentan Anton dengan Menteri Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Madagaskar Panja Ramanoelina, Atase Pertanian KBRI Roma Erizal Sodikin menyampaikan hasil pertemuan tersebut kepada pers. Presiden Ravalomanana mengatakan bahwa dalam lawatannya ke Jepang sebelum ke KTT ini, pihaknya telah meminta Jepang untuk membantu Madagaskar dalam peningkatan sektor pertaniannya. Pihak Jepang menyatakan siap, namun menyarankan untuk melibatkan Indonesia melalui kerjasama Selatan-Selatan dengan menggandeng FAO sebagai pihak pengelola dana.Mentan Anton, yang dalam pertemuan tersebut didampingi Staf Ahli Menteri bidang Kerjasama Luarnegeri, Atase Pertanian Roma, Staf Khusus Mentan bidang Ekonomi Pertanian, dan Sek III Multilateral KBRI Roma, menyatakan bahwa Indonesia menyambut dengan baik keinginan Madagaskar ini.Menurut Anton, dengan pengalaman dan kemampuan Indonesia dalam sektor pertanian khususnya produksi padi, Indonesia siap mengirimkan tenaga ahli sejumlah yang dibutuhkan, bahkan juga petani unggul Indonesia untuk membagi pengetahuan dan keahliannya, sehingga SDM pertanian padi Madagaskar dapat meningkat.Dikatakan, bahwa Indonesia sudah punya pengalaman dalam kerjasama Selatan-Selatan ini sejak tahun 1996 bersama Tanzania dan Gambia dengan pembentukan Pusat Pelatihan Petani di kedua negara tersebut. Untuk itu Anton menyarankan agar Madagaskar dapat melakukan hal yang sama dengan membuat pusat pelatihan dengan menjadikan Indonesia sebagai pihak yang menyediakan tenaga ahli dan juga kurikulum, termasuk saprodi dan peralatan.Presiden Ravalomanana dalam tanggapannya mengharapkan agar kerjasama melalui pola kerjasama Selatan-Selatan ini dapat ditindaklanjuti, serta dapat direalisasikan segera, sehingga momentum dari KTT Keamanan Pangan ini tidak hilang begitu saja. Mentan Anton Apriyantono sepakat dengan hal ini dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan dilakukan pembicaraan lebih lanjut mengenai permintaan Madagaskar tersebut.